Sinopsis Buku: non fiksi, pengetahuan dan pelajaran
Judul : Larasati
Penerbit : Gigih Pustaka Mandiri
Pengarang : Pramoedya Ananta Noer
Larasati (Ara), seorang aktris, bintang film yang cantik di masa-awal kemerdekaan Indonesia. Sangat terkenal di zaman Belanda, tetapi ia rela meninggalkan dunia glamor itu, lalu ikut berjuang "dengan caranya sendiri" dengan menghibur para pemuda rakyat yang berjuang melawan penjajah. Ini merupakan kali kesekian, Pram menokohkan seorang perempuan yang mengembang tugas sejarah. Hanya saja, karena dilekatkan pada tokoh seorang aktris film, cara Pram mengembangkan sisi perjuangannya menjadi agak lain dengan tokoh-tokoh perempuan dalam novel-novel Pram yang lain. Menjadi agak lain, karena figur Larasati adalah figur perempuan yang memilih berjuang dengan cara yang bisa ia lakukan: menghibur rakyat. Ia tak lagi ingin main dalam film-film propaganda Belanda meski penolakannya itu berarti tindakan yang bisa mengancam nyawanya sendiri. Tetapi Larasati yang difigurkan Pram ini, meskipun ia keras hati, pemberani, bermulut lancang, namun penuh amarah dengan keterbatasannya sebagai perempuan. Apalagi bila yang dihadapinya adalah para pribumi yang mau menjadi opsir belanda.
"Kalau aku lelaki -aku bisa berbuat banyak. Daerah ini bisa kalah berkali-kali. Tapi Revolusi tak bakal menyerah! Pada waktunya, mulut-mulut besar ini akan dibabat oleh Revolusi. Semua!" Di dalam peperangan, yang paling banyak menderita adalah perempuan dan anak-anak. Agaknya berangkat dari ini, figur Larasati dimunculkan oleh Pram. Namun, karena terlalu berpegang pada penokohan yang kontradiksi, seperti Larasati yang punya harga diri, tetapi tokh akhirnya ia mau saja jadi "istri" dari seorang Arab titahan Nica, lalu dipaksa menjadi budak seks. dalam hatinya dia tetap seorang republikein, seorang pejuang dengan caranya sendiri. dalam diam ia terus berteriak revolusi pasti menang. Pram agaknya ini kali hendak menunjukkan tokoh perempuan yang tidak terlalu heroik, tidak terlalu frontal, penuh kontradiksi, tetapi masih punya sisa-sisa harga diri, rasa cinta tanah air, sedikit dendam pada perang yang merenggut kehidupan, benci pada kemunafikan, juga pada para penjilat.
"Biar aku kotor, perjuangan tidak aku kotori. Revolusi pun tidak! Negara pun tidak! Rakyat apa lagi! Yang aku kotori hanya diriku sendiri. Bukan orang lain." (Ara)
Larasati, pelacur yang ingin bangsanya merdeka, memiliki keinginan kuat untuk melakukan perjuangan dengan simbol keartisan nya. tapi, walau bagaimanapun juga dia tetap wanita yang kalah pada kekuasaan para laki-laki. dia di sekap oleh seorang arab selama bertahun-tahun. Namun pada bagian akhir cerita ini cukup membuat kecewa karena tidak seperti yang diharapkan bahwa Ara bisa berbuat lebih untuk harga dirinya sendiri dan ikut berjuang pantang menyerah dengan sangat heroiknya melawan tentara Belanda, tak kalah dengan berandal-berandal yang berjuang tanpa logika perlawanan, hanya puas dengan modal nekat saja.
"Kalau mati, dengan berani; kalau hidup, dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita".