Opini tentang Museum Nasional Republik Indonesia
Opini tentang Museum Nasional Republik Indonesia: As Place, As People and As Culture
Dibuat oleh
Shabrina Syifa Amalina, Wahyu Febrianto, Inayatul Kutsiyah, Tri Wahyuni
tag: Studi Perbandingan Lembaga Informasi, Ilmu Informasi dan Perpustakaan
source: backpackerjakarta.com |
Secara harfiah, museum dapat menghubungkan antara tempat-orang-budaya yang memiliki peranan kompleks didalamnya. Museum dapat mengarahkan pada pengalaman museum sebagai ruang sugesti dimana tempat-tempat lain atau masa lalu orang lain dapat hadir sebagai ruang intelektual dan moral. Negara Italia misalnya, memiliki beberapa museum nasional yang sangat beragam untuk mempertahankan hubungan tempat-orang-budaya sehingga secara geografis tersebar sangat luas. Sedangkan di Indonesia itu sendiri museum nasional hanya satu yang berpusat di ibukota yang dijadikan representasi dari beberapa sejarah, budaya, dan lain sebagainya. Ini mengacu pada pendapat Whitehead (2006) yang menyatakan bahwa museum menjadi penghubung bagi pengunjung untuk menjelajah dalam sebuah miniatur dunia.
Museum hakikatnya dipahami sebagai pengakuan yang diakui dunia untuk menunjukkan identitas budaya dari suatu negara. Bahkan diakui sebagai tempat untuk menyimpan peninggalan tentang sejarah. Contohnya di Museum Nasional RI banyak koleksi pra-sejarah yang secara komplesitas mendeskripsikan tentang masyarakat Indonesia yang multicultural, seperti sejarah Indonesia saat pra-sejarah hingga sejarah pejajahan. Museum Nasional RI menyajikan saripati informasi sejarah melalui koleksi-koleksi yang dapat dijadikan rujukan. Ini guna mengartikulasikan hubungan antara peradaban manusia, budaya, tempat-tempat bersejarah untuk meningkatkan pengetahuan tentang khazanah budaya bangsa Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya kepada masyarakat umum. Hal ini juga mencerminkan konstruksi ideologisnya yang pada akhirnya membentuk minat kunjung dan memperkuat representasi bangsa sebagai budaya nasional. Sehingga materi-materi yang terkait budaya menjadi tanda kemampuan suatu negara dalam mendominasi (Macdonald, 2003). Sementara itu, sumber daya manusia pengelola museum, atau kurator, berperan sentral sebagai representasi museum bangsa yang mengoptimalkan pembentukan konstruksi tersebut melalui pameran benda-benda bersejarah di Museum Nasional RI. Di luar aspek itu, para kurator perlu memahami kebutuhan dan minat pengunjung; baik terhadap segi fisik dan tata letak museum, informasi sejarah yang dihadirkan, serta suasana batiniah yang dapat dibangun melalui bentuk desain presentasi informasi sejarah. Melalui optimalisasi peranan tersebut, tujuan Museum Nasional RI sebagai representasi ekspresi identitas budaya dapat tercapai dengan gemilang.
Disisi lain, museum dapat dijadikan sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Kerjasama dilakukan dengan mengikuti jaman seperti kerjasama dengan google, agar memudahkan pengunjung menjelajahi museum melalui internet atau via website atau aplikasi mobile. Misalnya, merepresentasikan pajangan yang dapat dilihat tidak hanya berkunjung secara langsung tetapi juga melalui perangkat telepon. Namun, hal ini menjadi tugas yang cukup berat karena salah satu peranan museum itu sendiri yang menghubungkan antara orang-tempat-budaya.
Akhir kesimpulan berdasarkan video tersebut Museum Nasional RI mampu mengartikulasikan hubungan antara manusia, budaya dan tempat-tempat melalui cerita-cerita asal arkeologi yang diperhitungkan secara pola dalam kaitannya dengan morfologi tempat, melalui perjalanan yang dilakukan oleh kurator tiap-tiap periode dalam memetakan dan mengumpulkan bagian serpihan sejarah Indonesia, atau melalui kelembagaan dan politik membentuk suatu keinginan eksplisit guna mempresentasikan tempat dan cerita. Sehingga museum selayaknya di masa mendatang dapat dijadikan sebagai tempat wisata untuk mengorek kembali sebuah kisah atau sejarah dari peradaban yang hilang disebabkan termakan oleh waktu.
Daftar Pustaka
Whitehead, Christopher. 2006. “Aesthetic Otherness, Authenticity andthe Roads to Museological Appropriation: Henry Cole’s Travel Writingand the Making of the Victoria and Albert Museum.” Studies in Travel Writing, 10 (1): 1-26.
Macdonald, Sharon. 2003. “Museums, National, Postnational andTranscultural Identities.” Museum and Society, 1 (1):1-16. http://www2.le.ac.uk/departments/museumstudies/museumsociety/documents/volumes/mands1.pdf.
Museum yang pernah dikunjungi
1. Museum Kesehatan, Surabaya
2. Museum Bank Indonesia, Surabaya
3. Museum Tugu Pahlawan, Surabaya
4. Museum Seni, Malaysia-Universiti of Malaya