PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI USAHA SUMPIA DI KAMPUNG TUWOWO, SURABAYA
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI USAHA SUMPIA DI KAMPUNG TUWOWO, SURABAYA
PENDAHULUAN
Kampung Tuwowo berada di Kecamatan Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur. Pembangunan suatu strategi usaha mandiri berupa produksi makanan cemilan sumpia kering di kampung tersebut dilakukan oleh Pak Joko Pramono dengan panggilan akrab Pak Pur selaku warga di Kampung Tuwowo. Usaha produksi sumpianya telah berjalan selama 3 tahun. Dalam melaksanakan tugasnya, Pak Pur berperan sebagai penyuluh dan penggerak dengan memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengoptimalkan penyelesaian orderan atau pesanan sumpia yang disalurkan berdasarkan permintaan dari distributor secara tepat waktu. Meskipun, akhir-akhir ini penyebaran virus COVID-19 sebagai tantangan sehingga mengalami penurunan produktivitas dan berdampak terhadap daya tingkat pendapatan dari pemesanan atau orderan sumpia juga turut menurun.
Sumpia merupakan makanan cemilan yang masih cukup diminati oleh masyarakat karena rasanya yang gurih dan renyah. Di samping itu, harga yang ditawarkan relatif murah. Dalam proses produksi sumpia tidak memerlukan proses yang cukup sulit. Pembuatan sumpia dimulai dari proses pembuatan adonan, penggilingan, penggulungan, penggorengan, serta pengemasan sumpia. Di sisi lain, harga bahan baku untuk produksi tergolong bahan yang cukup terjangkau, mudah didapat sehingga para prodosen yang menjalankan usaha produksi sumpia dengan modal yang kecil.
Pemberdayakan masyarakat melalui usaha sumpia memanfaatkan sumber daya lokal dengan menggabungkan unsur teknologi untuk mendukung aspek pemasaran produk sumpia dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan ekonomi bagi kemanusiaan. Hal ini sejalan dengan Suharto (2005) bahwa pemberdayakan masyarakat mengedepankan sebuah proses dan tujuan. Proses yang dimaksud untuk difokuskan pada individu yang lemah dalam masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi atau rawan pangan menjadi mandiri. Sedangkan tujuan yang dimaksud adalah pemberdayaan berdasarkan kondisi yang diinginkan tercapai oleh perubahan sosial yang menjadikan masyarakat memiliki potensi kemandirian dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya; baik segi ekonomi dan sosial yang dilakukan dengan upaya seperti mempunyai mata pencaharian bagi orang lain, berperan aktif dalam kegiatan sosial.
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat agar dapat memberikan keuntungan saat masa pandemi virus COVID-19 kini, maka diperlukan strategi pemasaran terhadap usaha produksi sumpia agar menarik bagi target pelanggan. Coulter (2005) menyebutkan strategi pemasaran terdiri dari strategi produksi dan operasional, strategi pemasaran, serta strategi finansial dan akuntansi. Untuk mencari kekuatan dan kelemahan dari produk sumpia dapat dirumuskan melalui SWOT. Abdulloh et.al., (2020) mengatakan analisis SWOT untuk menggambarkan aspek Strenghts (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (tantangan) dari suatu produk yang ditawarkan. Analisis SWOT ini bertujuan untuk dapat menentukan keunggulan dan kelemahan suatu produk sumpia dengan produk kompetitor serta untuk memudahkan mencapai target pasar yang tepat.
Berdasarkan dari survei dan wawancara, usaha produksi sumpia milik Pak Pur diketahui belum mengetahui strategi pemasaran yang tepat dalam menjalankan usahanya. Sebab itu, artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana upaya strategi pemasaran yang dapat dilakukan oleh usaha produksi sumpia Pak Pur. Kemudian memunculkan alternatif strategi pemasaran yang direkomendasikan untuk usaha produksi sumpianya.
PEMBAHASAN: HASIL DISKUSI
Awal mula membangun usaha produksi sumpia kering dari inisiatif sendiri yang memiliki tujuan untuk membuka lapangan pekerjaan dengan memberdayakan warga sekitar kampung tuwowo, Surabaya. Berdasarkan memberdayaan masyarakat ini memiliki potensi sebagai alternatif yang dapat memperbaiki pendapatan yang diperoleh orang lain yang telah mengalami pengurangan kerja saat pandemi virus COVID-19. Di sisi lain, proses pengolahan sumpia berdasarkan inspirasi resep sumpia dari produsen sumpia lain yang telah mendahuluinya. Untuk memunculkan karakteristik citra rasa sumpia agar memiliki rasa sajian yang berbeda, produsen meracik olahan bahan adonan sumpia secara mandiri. Proses produksi sumpia menggunakan bahan baku dari tepung terigu dan dimulai dari proses pembuatan adonan, penggilingan, penggulungan, penggorengan, serta pengemasan sumpia. Berdasarkan proses produksi sumpia yang relatif cepat, misalnya distributor memesan sumpia sebanyak 100 kantung sumpia dengan takaran 1 kantung berisi 5 kg sumpia, sehingga proses produksi sumpia membutuhkan waktu selama 2 hari dengan memberdayakan 16 pekerja. Sedangkan biaya yang diperlukan relatif murah, dengan permisalan distributor memesan 100 kantung sumpia maka estimasi keseluruan aspek dari biaya produksi, operasional dan lainnya sebesar Rp 2.000.000.
Usaha produksi sumpia juga memiliki peluang dan juga hambatan. Peluang yang diketahui berupa konsumen membutuhkan sumpia sebagai makanan cemilan yang renyah dan gurih, dan juga konsumen membeli sumpia untuk dijual kembali agar memperluas pemasaran produk sumpia. Sedangkan kelemahan saat masa pandemi virus COVID-19 berupa penurunan produktivitas sumpia yang berimbas pada berkurangnya pendapatan. Berdasarkan hambatan tersebut, maka perlu upaya menstabilkan pendapatan melalui produksi produk lain seperti keripik tempe dan onde-onde sebagai produk sekunder untuk mengurangi risiko jika terjadi gagal pada produk utama (sumpia) yang dihasilkan.
Proses produktivitas sumpia ini mengumpulkan massa yang sejumlah 10-16 orang, maka para pekerja perlu menerapkan protokol kesehatan yang sesuai anjuran pemerintah, seperti memakai masker, senantiasa cuci tangan dan physical distancing antar pekerja. Dengan hal itu, para pekerja tidak mengalami kesulitan saat menerapkan aturan protokol kesehatan dengan peran kerja yang dimilikinya. Selain itu, selama pandemi COVID-19 yang berimbas pada produktivitas sumpia menurun, masa kerja pun mengalami pemangkasan waktu; apabila biasanya lembur, kini masa waktu kerja hanya hingga siang hari. Tetapi pandemi COVID-19 tidak mempengaruhi harga bahan baku produksi sumpia yang masih stabil dan tersedia.
Strategi pemasaran produk sumpia Pak Pur selama ini adalah memasarkan produk secara langsung kepada pihak distributor. Saat distributor memiliki kecocokan terhadap produk sumpia miliknya akan berlanjut untuk melakukan permintaan pesanan atau orderan melalui via WhatsApps. Selain itu, metode pemasaran produknya juga melalui testimoni (words of mouth) para distributor maupun konsumen bahkan pekerjanya. Hal ini akan mempengaruhi konsumen lainnya untuk mencoba produk sumpia yang sedang ditawarkan.
GAGASAN STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI USAHA SUMPIA DI KAMPUNG TUWOWO, SURABAYA
Selan itu, dapat dianalisis pula faktor eksternal berupa Opportunities (peluang) dan Threats (tantangan). Faktor peluang usaha sumpia mencakup konsumen yang membutuhkan sumpia sebagai makanan cemilan, konsumen yang membeli sumpia sebagai reseller, serta banyaknya distributor juga dapat memperluas jangkauan pemasaran produk sumpia. Faktor tantangan meliputi munculnya produsen sumpia lain sehingga meningkatkan persaingan usaha.
Berdasarkan uraian yang dihasilkan melalui analisis SWOT dengan identifikasi pada usaha produksi sumpia melalui evaluasi nilai faktor internal yang berupa faktor kekuatan dan faktor kelemahan, serta faktor eksternal berupa faktor peluang dan faktor tantangan, maka perlu alternatif strategi dalam upaya peningkatan produktivitas sumpia.
Pertama, strategi produksi dan operasional yang bertujuan untuk pencapaian produktivitas yang tinggi dalam kegiatan produksi sumpia, misalnya mengelola penggunaan sumber-sumber daya dengan biaya optimum untuk meningkatkan sumber daya alat dan sumber daya dana, sumber daya manusia, dan bahan baku. Sedangkan hambatan yang terjadi dari strategi ini adalah apabila harga bahan baku mengalami kelangkaan atau terjadi kenaikan harga tentu harga sumpia juga mengalami kenaikan. Selain itu, saat terjadi lonjakan pesanan sumpia, namun tidak diimbangi dengan jumlah pekerja yang sesuai, akan terjadi tidak ketepatan waktu dalam proses produksi sumpia.
Kedua, strategi pemasaran yang bertujuan untuk memasarkan produk secara luas, selain memasarkan produk sumpia secara konvensional dengan menemui distributor langsung maka diperlukan pemasaran produk dengan bantuan teknologi melalui media sosial seperti jejaring sosial pada kanal Facebook, WhatsApps, maupun Youtube. Adapun hambatan dari strategi ini adalah jika seorang kurang pemahaman penggunaan teknologi akan terasa sulit dalam pengoperasiannya.
Ketiga, strategi finansial dan akuntansi yang bertujuan untuk mendapatkan transparansi transaksi keuangan secara detail dan akurat bahkan terlihat jelas bagaimana alur besarannya nilai uang dalam memperoleh keuntungan atau kerugian, misalnya pencatatan laporan keuangan baik penjualan maupun pengeluaran yang dihasilkan secara teratur. Apabila pencatatan keuangan tidak teratur bahkan terlihat alur pencacatan transkasi uang masuk keluar yang tidak jelas maka kondisi keuangan dapat dinilai terurai sia-sia.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh, M., Kurniawan, A., Kurniawan, M., Fuadi, F. (2020). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Rumahan Produksi Kelanting. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,1(1), 29-41
Coulter, M. (2005). Strategic Management in Action, 3rd Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama.